A.
Pengertian Pariwisata Menurut Para Ahli
Secara etimologis pariwisata
berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua suku kata Pari yang
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Dan kata wisata yang
berarti perjalanan, bepergian yang bersinonim dengan kata travel dalam bahasa
Inggris, maka dapat di artikan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang
dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat lain
(Yoeti 1996:112)
Menurut
UU No.9 tahun 1990 Bab 1 Pasal 1:
Wisata
adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan
secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik
wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan
urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan,
pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan
masyarakat disebut Kepariwisataan.[1]
Menurut James
J. Spillance
Pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara, dilakukan
perorangan atau kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian dalam
dimensi sosial budaya dan ilmu.
Menurut Mc. Intosh dan
Goelder
Pariwisata adalah ilmu
atau seni dan bisnis yang dapat menarik dan menghimpun pengunjung, termasuk
didalamnya bebagai akomoditasi dan catering yang dibutuhkan dan diminati oleh pengunjung.
Menurut Gluckmann
Keseluruhan hubungan antar
manusia yang hanya berada sementara waktu dalam suatu tempat dengan manusia
yang tinggal di tempat itu
Menurut Oka A Yoeti
Suatu perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke
tempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya memenuhi
keinginan yang beragam.[2]
B.
Pariwisata dalam Kajian Geografi
Setiap ilmu pasti tidak ada yang dapat berdiri sendiri. Setiap ilmu
saling berhubungan satu sama lainnya. Begitupun dengan ilmu pariwisata tidak
dapat dilepaskan hubungannya dengan geografi.
Seperti yang dikemukakan oleh Robinson (1976) yang dikutip oleh
Maryani (2000:67) pariwisata menjadi bidang kajian geografi, dengan beberapa
alasan dibawah ini:
1.
Geografi
berhubungan dengan lingkungan baik alam maupun manusia. Ilmu geografi selalu
berhubungan dengan lokasi suatu
fenomena, hubungan antara fenomena dan distribusi keruangan. Pariwisata erat
kaitannya pada pemanfaatan ruang, lokasi-lokasi daerah tujuan wisata, lokasi
dimana wisatawan bergerak dari satu daerah ke daerah lain. Dengan demikian
geografi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menyediakan ruang sebagai
daerah tujuan wisata yang sesuai dengan permintaan wisatawan dan memberikan
kepuasan wisatawan yang berbeda karakternya.
2.
Pariwisata
erat kaitannya dengan struktur, bentuk, penggunaan lahan dan perlindungan
bentang alam (landscape). Di satu sisi pariwisata menyebabkan berubahnya
bentang alam menjadi kawasan budaya. Geografi sebagai ilmu tata guna lahan
dapat memberikan solusi bagaimana ruang dapat dimanfaatkan sesuai dengan daya
dukung dengan meminimalkan resiko kerusakan.
3.
Pariwisata
adalah aktivitas ekonomi komersial, berbagai aktivitas ekonomi di permukaan
bumi secara khusus dikaji oleh geografi ekonomi. Pariwisata mendorong timbulnya
berbagai aktivitas baik yang secara langsung memanfaatkan alam maupun tidak.
4.
Geografi
selalu tertarik pada pergerakan barang dan orang, dalam bentuk transportasi dan
perdagangan. Pariwisata telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan
terhadap adanya perdagangan secara regional, nasional dan internasional.
Distribusi orang, barang, dan uang antara satu tempat ke tempat lain sangat diperlukan
untuk mendukung berlangsungnya usaha pariwisata.
5.
Antar
hubungan (relationship) dan pengaruh (effect) suatu fenomena
terhadap fenomena lain, baik di dalam suatu tempat maupun ke tempat lain selalu
menjadi kajian geografi. Pariwisata memberikan dampak yang luas baik secara
ekonomi, budaya, sosial, maupun alam. Lingkup dampaknya pun secara lokal,
regional, nasional maupun internasional. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata
sangat relevan menjadi kajian geografi.[3]
C.
Sumberdaya Geografi untuk Pengembangan Pariwisata
Sumberdaya
adalah segala sesuatu yang bernilai apabila diproduksi, diolah dan digunakan.
Pengertian bernilai disini sangat subyektif, tergantung pada pandangan
individu, kemajuan teknologi dalam masyarakat dan waktu. Sumberdaya geografi
untuk pariwisata adalah segala sesuatu baik yang berupa alam maupun hasil
budaya manusia yang menarik dan unik bagi wisatawan. Ada beberapa ciri
sumberdaya geografi menurut Abdurrahman dan Maryani (1997:77) bagi pariwisata:
1.
Sumberdaya
tersebut dapat berupa kenampakan dalam dan budaya yang bernilai ekonomis untuk
diolah dalam industri pariwisata.
2.
Sumberdaya
yang dipasarkan tidak berdiri sendiri, artinya harus selalu ditunjang oleh
pengelolaan, penataan, dan ditunjang fasilitas yang terkait dengan
kepariwisataan.
3.
Sumberdaya
pada umumnya mempunyai fungsi ganda, jadi tidak hanya sebagai objek wisata yang
dapat dilihat saja, tapi harus ada sesuatu yang dapat dikerjakan dan dibeli
sebagai oleh-oleh. Ruang untuk kawasan wisata pun berfungsi ganda, seperti
kawasan pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, cagar alam, konservasi dan
sebagainya.
Sumberdaya
geografi untuk pariwisata menunjukkan adanya keterkaitan satu sama lain, contoh
iklim dengan morfologi, morfologi dengan penggunaan lahan dan aktivitas
penduduk. Sumberdaya geografis yang dijadikan objek wisata menurut Abdurrahman
dan Maryani (1997:77-78) antara lain:
1.
Iklim
Unsur-unsur
iklim yang erat kaitannya dengan pariwisata adalah suhu, angin, curah hujan,
dan awan (kecerahan). Rekreasi di luar rumah, selain dipengaruhi oleh waktu
libur, juga ditentukan oleh iklim. Permintaan rekreasi di luar rumah meningkat
tatkala cuaca sedang baik. Kondisi cuaca pun akan menentukan jenis aktivitas
yang dilakukan dan perlengkapan yang harus dibawa selama berwisata. Misalnya
berwisata di daerah dingin berbeda dengan daerah panas, baik dalam hal jenis
pakaian, makanan maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama berpariwisata.
2.
Morfologi
Dipermukaan
bumi terdapat bermacam-macam bentuk lahan. Tapi pada umunya dapat dibedakan
atas pegunungan, perbukitan, dataran tinggi (plato) dan dataran (plan).
Morfologi ini akan berkaitan erat dengan cuaca. Di daerah pengunungan banyak
dikembangkan objek wisata berupa cagar alam dan taman nasional, dengan segala
keanekaragaman flora dan faunanya. Objek wisata lain yang erat kaitannya dengan
pegunungan adalah fenomena gunung api, berupa kawah dan sumber air panas.
3.
Tata
air
Air permukaan
bumi menduduki persentase terbesar. Air ini dapat berupa laut, sungai, danau,
dan air dalam tanah. Laut menjadi objek wisata yang menarik sepanjang zaman.
4.
Flora
dan Fauna
Flora dan fauna suatu tempat
mempunyai kaitan erat dengan iklim baik secara horizontal maupun vertikal.
Setiap daerah umumnya mempunyai flora dan fauna khas yang menjadi unggulan daya
tarik wisata.[4]
Adapun beberapa
sumberdaya yang dapat dijadikan daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu
daerah tujuan wisata, yaitu:
1.
Sumberdaya
yang bersifat alamiah (Natural Amenities) meliputi:
a.
Iklim:
cuaca cerah, banyak cahaya matahari, sejuk, kering, panas, hujan dan lain-lain
b.
Bentuk
tanah dan pemandangan: tanah yang datar, lembah pegunungan, danau, sungai,
pantai, air terjun, gunung berapi dan pemandangan yang menarik.
c.
Hutan
belukar
d.
Flora
dan fauna, seperti tumbuhan yang aneh, burung-burung, ikan, binatang buas,
cagar alam, daerah perburuan dan lain-lain.
e.
Pusat
kesehatan, yang termasuk kelompok ini adalah: sumber air mineral, mandi lumpur,
sumber air panas.
2.
Sumberdaya
buatan manusia (man made supply) seperti:
a.
Monumen
bersejarah dan sisa peradaban masa lampau.
b.
Museum,
art galery, perpustakaan, kesenian rakyat.
c.
Acara
tradisional, pameran, festival, upaca perkawinan, khitanan.
d.
Rumah-rumah
beribadah, seperti masjid, gereja, pura, kuil, candi.
3.
Tata
cara hidup masyarakat (way of life). Seperti: tarian, sandiwara, drama,
upacara-upacara keagamaan. (Oka A. Yoeti, 1996: 172-176).[5]
D.
Dampak
Pariwisata
Banyak sekali manfaat yang dapat diberikan oleh pengembangan sektor
industri pariwisata. Menurut buku Pegangan Penatar dan Penyuluh Kepariwisataan
Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
sedikitnya manfaat dan dampak negatif yang ditimbulkan tersebut dapat ditinjau
dari empat aspek:
(a) aspek ekonomi,
(b) aspek social-budaya,
(c) aspek berbangsa dan bernegara, dan
(d) aspek lingkungan.
Di samping manfaat yang diberikan dari perkembangan dan pertumbuhan
industri pariwisata, juga perlu diantisipasi dampak-dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan bila perlu mengurangi atau bahkan dapat menghilangkannya.
·
Dampak Positif
1.
Aspek Ekonomi
a.
Menambah devisa negara
b.
Membuka kesempatan
berusaha
c.
Menambah lapangan kerja
d.
Meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pemerintah
e.
Mendorong pembangunan
daerah
2.
Aspek Sosial Budaya
a.
Pelestarian budaya dan
adat
b.
Meningkatkan kecerdasan
masyarakat
c.
Meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani
d.
Mengurangi konflik sosial
mental dengan demikian pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam
upaya untuk melestarikan lingkungan
e.
Memperoleh nilai tambah
atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada
3.
Aspek Berbangsa dan
Bernegara
a.
Mempererat persatuan dan
kesatuan
b.
Menumbuhkan rasa memiliki
dan kecintaan terhadap tanah air
c.
Memelihara hubungan baik
secara internasional
4.
Aspek Lingkungan
a.
Melestarikan lingkungan
b.
Menumbuhkan suasana hidup
tenang dan bersih
c.
Meningkatkan kesegaran
fisik dan mental
d.
Jauh dari polusi, santai
dapat mengembalikan kesehatan fisik dan mental dengan demikian pengembangan
pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan lingkungan
e.
Memperoleh nilai tambah
atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada
·
Dampak Negatif
1.
Aspek ekonomi
a.
Harga barang dan jasa
pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung atau wisatawan yang
dianggap selalu membawa uang banyak
b.
Harga tanah naik akibat
dari banyaknya para investor yang memerlukan tanah untuk pembangunan hotel dan
sarana penunjang industri pariwisata
2.
Aspek Sosial Budaya
a.
Penduduk khususnya remaja
suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak sesuai dengan budaya dan
kepribadian bangsa kita sendiri
3.
Aspek Berbangsa dan
Bernegara
a.
Banyaknya peluang dan pemanfaatan
wisatawan juga mengandung perilaku yang tidak bertanggung jawab misalnya:
pemerasan, perjudian, prostitusi, pencurian, peredaran barang-barang terlarang,
penipuan dan lain sebagainya
4.
Aspek Lingkungan
a.
Terjadi pengrusakan
lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana pariwisata, maupun
karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil orang yang tidak bertanggung
jawab[6]
[2] repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_022933_chapter2.pdf
[3] http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_023313_chapter2.pdf
[4] http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_0704077_chapter2.pdf
[5] http://repository.upi.edu/operator/upload/s_geo_023313_chapter2.pdf
[6] http://smipusi.blogspot.com/2011/01/manfaat-dan-dampak-negatif-industri.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar